INTRODUKSI SPELEOLOGI
1. Speleologi
Speleologi di Indonesia
tergolong di Indonesia tergolong ilmu yang masih baru dan mulai berkembang
sekitar tahun 1980. Sedangkan di Perancis dan Jerman sudah mempelajari ilmu
tersebut sejak abad -19.
Speleologi
adalah ilmu-ilmu yang mempelajari gua-gua. Kata tersebut diambil dari Bahasa
Yunani : SPELALION : Gua, LOGOS : ilmu.
SPELEOLOGI dapat diartikan secara
umum sebagai ilmu yang mempelajari gua beserta lingkungannya. Sebelum
membicarakan Speleologi lebih lanjut , kita perlu mengetahui definisi dari gua
:
Menurut IUS
(International Union of Speleology) yang berkedudukan di Wina, Austria Gua
adalah setiap ruangan bawah tanah, yang dapat dimasuki orang
Gua memiliki sifat yang khas dalam mengatur suhu udara didalamnya, yaitu pada saat udara diluar panas maka didalarn gua akan terasa sejuk, begitu pula sebaliknya.
Sifat tersebut menyebabkan gua di pergunakan sebagai tempat berlindung. Gua-gua yang banyak diternukan di Pulau Jawa dan pulau pulau lainnya di Indonesia , sebagian besar adalah gua batu gamping atau gua karst. Gua merupakan suatu lintasan air dimasa lampau dan kini kering (gua fosil) atau di masa kini, dan terlihat dialiri sungai (gua aktif). Karenanya mempelajari gua tidak terlepas dari mempelajari hidrologi karst dan segala fenomena karst dibawah permukaan (endo karst phenomena) supava memahami cara-cara gua terbentuk dan bagaimana cara memanfaatkannya sebagai sumber daya alam, yang mempunyai nilai estetika tinggi sebagai obyek wisata gua, atau sebagai sumber air, tanpa mencemarinya.
Gua memiliki sifat yang khas dalam mengatur suhu udara didalamnya, yaitu pada saat udara diluar panas maka didalarn gua akan terasa sejuk, begitu pula sebaliknya.
Sifat tersebut menyebabkan gua di pergunakan sebagai tempat berlindung. Gua-gua yang banyak diternukan di Pulau Jawa dan pulau pulau lainnya di Indonesia , sebagian besar adalah gua batu gamping atau gua karst. Gua merupakan suatu lintasan air dimasa lampau dan kini kering (gua fosil) atau di masa kini, dan terlihat dialiri sungai (gua aktif). Karenanya mempelajari gua tidak terlepas dari mempelajari hidrologi karst dan segala fenomena karst dibawah permukaan (endo karst phenomena) supava memahami cara-cara gua terbentuk dan bagaimana cara memanfaatkannya sebagai sumber daya alam, yang mempunyai nilai estetika tinggi sebagai obyek wisata gua, atau sebagai sumber air, tanpa mencemarinya.
2. Sejarah Penelusuran
Gua
Tidak ada
catatan resmi kapan manusia menelusuri gua. Berdasarkan peninggalanpeninggalan,
berupa sisa makanan, tulangbelulang, dan juga lukisan-lukisan, dapat
disimpulkan bahwa manusia sudah mengenal gua sejak puluhan tahun silam yang
tersebar di benua Eropa, Afrika, dan Amerika.
Menurut
catatan yang ada, penelusuran gua dimulai oleh JOHN BEAUMONT, ahli bedah
dari Somerset, England (1674). la seorang ahli tambang dan geologi amatir,
tercatat sebagai orang pertama yang menelusuri sumuran (potholing) sedalam 20
meter dan menemukan ruangan dengan panjang 80 meter, lebar 3 meter. Serta
ketinggian plafon 10 meter, a-3,dan menggunakan penerangan Win. Menurut
catatan, Beaumont merangkak sejauh 100 meter dan menemukan jurang (internal
pitch). la mengikatkan tambang pada tubuhnya dan minta diulur sedalam 25 meter
dan mengukur ruangan dalam gua tersebut. la melaporkan penemuan ini pada Royal
Society, Lembaga Pengetahuan Inggris. Orang yang paling berjasa mendeskripsikan
gua-gua antara tahun 1670-1680 adalah BARON JOHANN VALSAVOR dari
Slovenia. la mengunjungi 70 gua, membuat peta, sketsa, dan melahirkan empat
buku setebal 2800 hataman.
JOSEPH NAGEL, pada tahun 1747
mendapat tugas dari istana untuk memetakan sistem perguaan di Kerajaan
Austro-Hongaria. Sedangkan wisata gua pertama kali tercatat tahun 1818, ketika Kaisar
Habsbrug Francis I dari Austria meninjau gua Adelsberg (sekarang bemama gua
Postojna) tertetak di Yugoslavia. Kemudian wiraswastawan Josip Jersinovic mengembangkannya
sebagai tempat wisata dengan memudahkan tempat itu dapat dicapai. Diberi
penerangan dan pengunjung dikenai biaya masuk. New York Times pada tahun
1881 mengkritik bahwa keindahan gua telah dirusak hanya untuk mencari
keuntungan.
Stephen Bishop pemandu wisata yang
paling berjasa, ia budak belian yang dipekerjakan oleh Franklin Gorin
seorang pengacara yang membeli tanah di sekitar gua Mammoth, Kentucky Amerika
Serikat pada tahun 1838. Dan kini gua Mammoth diterima UNICEF sebagai warisan
dunia.
Sedangkan di
Indonesia, faktor mistik dan magis masih melekat erat di gua-gua. Baik gua
sebagai tempat pemujaan. sesaji maupun bertapa. Bahkan sering dianggap sebagai
tempat tinggal makhluk !!!
Namun semuanya
memiliki nilai budaya, legenda, mistik, dan kepercayaan sesuatu terhadap gua
perluloh didokumentasi dan dihargai sebagai potensi budaya bangsa. Maka
Antropotogi juga merupakan bagian dari Speleologi.
3. Lahirnya Ilmu
Speleologi
Secara resmi
ilmu Speleologi lahir pada abad – 19 berkat ketekunan EDWARD ALFRED
MARTEL. Sewaktu kecil ia sudah mengunjungi gua Hahn di Belgia dengan
ayahnya seorang ahli Paleontologi, kemudian juga mengunjungi gua Pyrenee di
Swiss dan Italia. Pada tahun 1858 ia mulai mengenalkan penelusuran gua dengan
peralatan, pada setiap musim panas ia dan teman-temannya mengunjungi gua-gua
dengan membawa 2 gerobak penuh peralatan, bahan makanan dan alat fotografi.
Martel membuat pakaian berkantung banyak yang sekarang disebut coverall
(wearpack). Kantung itu diisi dengan peluit, batangan magnesium, 6 lilin
lacsar, korek api, batu api, martil, 2 pisau, alat pengukur, thermometer,
pensil, kompas, buku catatan, kotak P3K, beberapa permen coklat, sebotol rum
dan sebuah telepon lapangan yang ia gendong. Sistem penyelamatannya dengan
mengikatkan dirinya kalau naik atau menuruni dengan tali.
Tahun 1889,
Martel menginjakkan kakinya pada kedalaman 233 m di sumuran ranabel dekat
Marzille, Perancis dan selama 45 menu tergantung di kedalaman 90 m. la mengukur
ketinggian atap dengan balon dari kertas yang digantungi spon yang dibasahi
alkohol, begitu spon dinyalakan balon akan naik keatas mencapai atap gua.
Hingga kini EDWARD ALFRED MARTEL disebut Bapak Speleologi. Kemudian
banyak ahli speleologi seperti POURNIER, JANNEL, BIRET, dan
banyak lagi.
Baru sete!ah
PD I ROBERT DE JOLLY dan NOBERT CASTERET mampu mengimbangi
MARTEL. Robert de Jolly mampu menciptakan peralatan gua yang terbuat dari
Aluminium Alloy. Nobert Casteret orang pertama yang melakukan Cave Diving’ pada
tahun 1922, dengan menyelami gua Montespan yang di dalam gua itu ditemukan
patung-patung dan lukisan bison serta binatang lain dari tanah liat, yang
menurut para ahli, itu sebagai acara ritual sebelum diadakan perburuan
binatang, ditandai adanya bekas-bakas tombak dan panah. Namun dalam PD-II,
gua-gua digunakan sebagai tempat pertahanan, karena pertahanan di gua akan
sulit ditembus walaupun menggunakan born pada waktu itu.
4. Perkembangan
Speleologi di Indonesia
Di Indonesia
Speleologi relatif tergolong suatu ilmu yang baru. Dalam hal ini masih
sedikitnya ahli – ahli speleologi maupun pendidikan formal tentang speleologi.
Speleologi baru berkembang sekitar tahun 1980, dengan berdirinya sebuah club
yang bernama ‘SPECAVINA‘, yang didirikan oleh NORMAN EDWIN (alm)
dan RKT KO ketua HIKESPI sekarang.
Namun karena
adanya perbedaan prinsip dari keduanya maka terpecah, dan mereka masing-masing
mendirikan perhimpunan :
1. NORMAN
EDWIN (alm) mendirikan klub yang diberi nama “GARBA BUMI”
2. RKT KO
mendirikan Hikespi pada tahun 1981
Pada tahun
tahun tersebut bermunculan club-club speleologi di Indonesia seperti ASC yang
berdiri pada tanggal 1 Januari 1984, SSS – Surabaya, DSC – Bali, DSC – Bali,
SCALA- Malang, dll.
ETIKA DAN
KEWAJIBAN PENELUSURAN GUA
Menelusur gua
dapat dikerjakan untuk olah raga maupun untuk tujuan ilmiah. Namun kedua
kategori penelusur gua wajib menjunjung tinggi ETIKA dan KEWAJIBAN
kegiatan penelusur gua ini agar lingkungan tidak rusak, agar para penelusur
sadar akan bahaya-bahaya kegiatan ini dan mampu mencegah terjadinya musibah dan
agar si penelusur sadar akan kewajibannya terhadap sesama penelusur dan
masyarakat disekitar lokasi gua-gua.
Seorang pemula atau yang sudah berpengalaman sekalipun harus memenuhi ETIKA dan KEWAJIBAN PENELUSURAN GUA.
Seorang pemula atau yang sudah berpengalaman sekalipun harus memenuhi ETIKA dan KEWAJIBAN PENELUSURAN GUA.
1. Etika
Penelusur Gua
1. Sejak semula
harus disadari bahwa seorang penelusur gua DAPAT merusak gua, karena membawa
kuman, jamur dan virus asing kedalam gua yang lingkungannya masih murni, tidak
tercemar. Penelusran gua akan merusak gua apabila meninggalkan kotoran berupa
sampah, kantong plastik, botol atau kaleng minuman dan makanan di dalam gua. Membuang
benda-benda tersebut adalah LARANGAN MUTLAK juga dilarang mencoret-coret gua
dengan benda apapun juga. Karenanya ikutilah MOTTO NSS dari USA:
“ Jangan
MENGAMBIL sesuatu…….Kecuali mengambil POTRET”
“ Jangan MENINGGALKAN
sesuatu…..Kecuali meninggalkan JEJAK KAKI”
“ Jangan
MEMBUNUH sesuatu…… Kecuali membunuh WAKTU”
2. Gua adalah bentukan alam yang terbentuk dalam
kurun waktu ribuan tahun. Setiap usaha merusak gua mendatangkan kerugian yang
tidak dapat ditebus. Karenanya jangan merusak gua, mengambil atau memindahkan
sesuatu didalam gua tanpa tujuan jelas yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk
tujuan ilmiah sekalipun, harus diusahakan pengambilan spesimen secara cermat,
terbatas dan selektif. Itupun setelah diyakini, bahwa belum tersedia spesimen
yang sama didalam laboratorium atau museum dan belum diambil spesimen yang sama
oleh ahli speleologi lainnya.
Menelusuri dan meneliti gua harus dilakukan dengan penuh RESPEK, tanpa mengganggu, mengusir, merusak atau mengambil isi gua, baik yang berupa benda mati atau yang hidup.
Menelusuri dan meneliti gua harus dilakukan dengan penuh RESPEK, tanpa mengganggu, mengusir, merusak atau mengambil isi gua, baik yang berupa benda mati atau yang hidup.
3. Menelusuri gua harus disertai kesadaran,
bahwa kesanggupan dan keterampilan pribadi TIDAK USAH DIPAMERKAN.
Sebaliknya ketidakmampuan tidak perlu ditutup-tutupi oleh karena rasa malu.
Bertindaklah sewajar-wajarnya, tanpa membohongi diri sendiri dan orang lain.
Apabila tidak sanggup, tetapi dipaksakan, maka hal ini akan membawa akibat
buruk yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Adalah melanggar ETIKA
untuk memandang rendah keterampilan serta kesanggupan sesama penelusur. Juga
melanggar ETIKA bila memaksakan diri melakukan tindakan-tindakan diluar
kemampuan teknis. Juga apabila belum siap mental atau kesehatan tidak memadai.
4. Tunjukkan RESPEK terhadap sesama
penelusur gua dengan cara :
- Tidak menggunakan bahan-bahan atau peralatan yang disediakan oleh rombongan lain tanpa persetujuan mereka.
- Jangan membahayakan para penelusur lain, misalnya menimpukkan batu ketika ada penelusur lain didalam gua, mengambil atau memutuskan tali yang sedang terpasang, memindahkan tangga atau alat-alat lain yang dipasang oleh rombongan penelusur lainnya.
- Menghasut penduduk disekitar gua untuk melarang atau menghalangi rombongan lainnya memasuki gua, karena tidak satupun gua di bumi ini milik perseorangan kecuali apabila gua itu telah dibeli oleh yang bersangkutan. Untuk tujuan ilmiah setiap gua harus dapat diteliti setelah menempuh prosedur yang berlaku.
- Jangan melakukan penelitian yang sama, apabila ada rombongan lain yang sedang mengerjakan DAN BELUM MEMPUBLIKASIKANNYA.
- Jangan gegabah menganggap anda penemu sesuatu, kalau anda belum yakin betul, bahwa tidak ada orang lain yang juga telah menemukan pula.
- Jangan melaporkan hal-hal yang tidak benar demi sensasi atau ambisi pribadi, karena hal ini berarti membohongi diri sendiri, dan dunia ILMU SPELEOLOGI khususnya.
- Setiap usaha penelusuran gua adalah USAHA BERSAMA. Bukan usaha yang dicapai sendiri. Karena setiap publikasi dari hasil penelusuran gua tidak boleh menonjolkan prestasi pribadi tanpa mengingat jasa sesama penelusur.
- Jangan menjelek-jelekkan nama sesama penelusur dalam suatu publikasi walaupun si penelusur itu mungkin berbuat hal-hal negatif secara sadar atau tidak sadar. Setiap publikasi negatif tentang sesama penelusur akan memberikan gambaran negatif terhadap semua penelusur gua.
2. Kewajiban
Dunia speleologi diberbagai negara meneruskan himbauan kepada semua penelusur gua agar lingkungan gua harus dijaga kebersihannya, kelestarian dan kemurniannya
Dunia speleologi diberbagai negara meneruskan himbauan kepada semua penelusur gua agar lingkungan gua harus dijaga kebersihannya, kelestarian dan kemurniannya
1. Konservasi lingkungan gua harus menjadi TUJUAN
UTAMA kegiatan SPELEOLOGI dan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh SETIAP
PENELUSUR GUA.
2. MEMBERSIHKAN gua serta lingkungannya, menjadi
kewajiban pertama para penelusur gua.
3. Apabila sesama penelusur gua membutuhkan
pertolongan darurat setiap penelusur gua wajib memberi pertolongan itu.
4. Setiap penelusur gua wajib menaruh respek
terhadap penduduk sekitar gua. Mintalah ijin seperlunya, bila mungkin secara
tertulis dari yang berwenang. Jangan membuat onar atau melakukan
tindakan-tindakan yang menyinggung perasaan penduduk. Jangan merusak pagar,
tanaman, atau bangunan dan mengganggu hewan milik penduduk.
5. Bila meminta ijin dari instansi resmi yang
berwenang, maka harus dirasakan sebagai kewajiban untuk membuat laporan dan
menyerahkan kepada instansi tersebut. Apabila telah meminta ijin nasehat kepada
sekelompok penelusur atau seseorang ahli lainnya maka wajib diserahkan pula
laporan kepada kelompok penelusur atau penasehat perseorangan itu.
6. Bagian-bagian yang berbahaya dalam suatu gua
wajib diberitahukan kepada kelompok penelusur lainnya, apabila anda mengetahui
akan adanya tempat-tempat yang berbahaya.
7. Sesuai dengan pandangan NSS dari USA,
dilarang memamerkan benda-benda mati atau hidup yang ditemukan dalam gua untuk
lingkungan NON-penelusur gua atau NON-ahli speleologi. Hal itu perlu nuntuk
menghindari dorongan kuat yang hampir pasti timbul untuk ikut mengambil
benda-benda itu guna koleksi pribadi. Bila perlu hanya boleh dipamerkan melalui
foto-foto saja.
8. NSS juga tidak menganjurkan usaha mempublikasikan
penemuan di dalam gua atau lokasi dari gua-gua SEBELUM, dinyatakan betul adanya
usaha pelestarian oleh yang berwenang, yang memadai. Perusakan lingkungan gua
oleh orang-orang awam menjadi tanggung jawab si penulis berita apabila mereka
mengunjungi gua-gua itu akibat publikasi dalam media massa.
9. Dipelbagai negara, setiap musibah yang
dialami penelusur gua wajib di laporkan kepada sesama penelusur melalui media
speleologi yang ada. Hal ini perlu supaya jenis musibah yang sama dapat
dihindari.
10. Menjadi kewajiban mutlak bagi setiap penelusur
gua untuk memberitahukan kepada rekan-rekan atau keluarga terdekat ke lokasi
mana yang akan di telusuri dan kapan ia diharapkan pulang. Di tempat lokasi
gua, para penelusur wajib memberitahukan kepada penduduk terdekat nama dan
alamat para penelusur dan kapan diharapkan seloesai menelusuri gua. Wajib
diberitahukan kepada penduduk siapa yang harus dihubungi, apabila para
penelusur belum keluar dari gua sesuai waktu yanjg direncanakan.
11. Para penelusur wajib memperhatikan keadaan
cuaca. Wajib meneliti apakah ada bahaya banjir didalam gua sewaktu turun hujan
lebat dan meneliti lokasi-lokasi mana di dalam gua yang dapat dipakai untuk
menghindarkan diri dari banjir.
12. Dalam setiap musibah setiap penelusur wajib
bertindak dengan teman tanpa panik dan wajib patuh pada instruksi pimpinan
penelusur.
13. Setiap penelusur gua wajib melengkapi dirinya
dengan perlengkapan dasar pada kegiatan lebih sulit dengan perlengkapan yang
memenuhi syarat. Ia wajib mempunyai pengetahuan tentang penggunaan peralatan
itu sebelum menelusuri gua.
14. Setiap penelusur gua wajib melatih diri dalam
pelbagai keterampilan gerak menelusuri gua dan keterampilan menggunakan
peralatan yang dibutuhkan.
15. Setiap penelusur gua wajib membaca pelbagai publikasi
mengenai gua dan lingkungannya agar pengetahuannya tentang SPELEOLOGI tetap
akan berkembang. Bagi yang mampu melakukan penyelidikan atau observasi ilmiah,
diwajibkan menulis publikasi agar sesama penelusur atau ahli speleologi dapat
menarik manfaat dari makalah-makalah itu.
PENGENALAN
PERALATAN
Gua mempunyai
kondisi dan medan yang sangat lain dengan kondisi alam lainnya. Medan lumpur,
tumpukan batu (boulder), air terjun, lorong sempit, lorong yang rendah, dan
terutama sekali karena kondisi gua yang selain gelap gulita. Karena begitu
kompleksnya kondisi dan medan gua tersebut, maka untuk menelusuri gua tersebut
diperlukan peralatan yang bisa mendukung untuk kondisi dan medan tersebut.
Terutama sekali peralatan ini juga harus dapat menjamin keselamatan kita.
Pada dasarnya
peralatan caving dibagi menjadi dua :
1. PERSONAL EQUIPMENT
(pribadi), terdiri dari:
a. Helm Speleo
Helm yang digunakan
dirancang untuk mampu menahan benturan maupun jatuhan batu. Helm ini dirancang
mampu menahan jatuhan batu dari berbagai sisi tertentu dan ketinggian tertentu.
Mempunyai bagian yang berupa pita yang adjustable digunakan untuk mengikatkan
helm pada kepala kita. Pada bagian depan terpasang peralatan tambahan yang
berfungsi sebagai alat penerangan.
b. Boom (Generator
Carbide)
Alat ini berupa tabung
yang dihubungkan dengan sebuah slang ke helm. Terdiri dari dua bagian, tabung
alas berguna untuk menampung air, yang dilengkapi dengan regulator saluran gas
dan lobang tempat pengisian air. Tabung bawah digunakan untuk mengisi karbit.
c. Alat penerangan, ada dua macam:
o
Elektrik : senter, head lamp
o
Non elektrik: karbit, lilin
d. Cover All
Adalah sebuah pakaian
khusus untuk penelusuran gua. Pakaian ini pada bagian baju dan celana
tersambung jadi satu. Bagian atas berlengan panjang. Terbuat dari bahan parasut
yang tidak terlalu tebal, dengan bagian-bagian yang sering mendapat gesekan
dibuat dengan bahan yang Iebih tebal. Pakaian ini berfungsi untuk melindungi
tubuh kita dari gesekan dan menahan panas tubuh kita pada gua yang berair.
e. Sepatu
Sepatu yang biasa
digunakan adalah sepatu karet dan scpatu yang biasa digunakan militer. Keduanya
punya kelemahan dan kelebihannya masing-masing.
f. Sarung tangan
Berfungsi untuk
melindungi tangan dari panas karena gesekan tali. ataupun melindungi tangan
dari gesekan dengan dinding gua yang tajam dan kasar.
g. Pelampung
h. SRT set.
Peralatan ini menjadi
peralatan pribadi untuk efisiensi tenaga dan efektifitas penelusuran, karena
beberapa peralatan yang ada disesuaikan dengan ukuran tubuh pemakai. Dalam satu
set SRT tcrdiri dari:
- Seat Harness digunakan untuk mengikat tubuh yang dipasang pada pingggang dan paha, macam dan hentuk dari seat harness yang biasa di pakai adalah :
o
Avanti
o
Croll
o
Rapide.
o
Fractio
- Ascender, peralatan ini digunakan untuk naik atau memanjat lintasan (tali), ascender dibedakan menjadi hand ascender digunakan untuk dipegang ditangan dan chest ascender, digunakan dengan diikatkan di dada, macamnya:
o
Hand jammer
o
Croll
o
Basic jammer
o
Jummar
- Descender, digunakan untuk memuat lintasan (tali), ada banyak descender yang bisa digunakan:
o
Capstand : ada
dua jenis, yaitu simpel stop descender (bobin / non auto stop) dan auto stop
descender.
o
Whaletail,
biasa digunakan para caver di Australia .
o
Rack, ada dua
macam yaitu open dan close rack.
o
Figure of eight
descender
- Maillon Rapide (MR), ada tiga macam
o
Delta MR
digunakan untuk menyambung ( dua loop) sit harness
o
Semi Circulair
MR digunakan untuk menyambung ( dua loop) sit harness.
o
Oval MR,
diguanakan untuk menyambung chest ascender dengan delta MR atau semi sirkuler
MR.
o
Chest Harness,
digunakan unhik mengikatkan sit harness dengan dada.
o
Cows tail,
dibuat dengan tali dinamik yang disimpul dengan salah satunya tali lebih
pendek. Tali yang pendek digunakan sebagai pengaman/tambatan pengaman. Tali
yang panjang digunakan untuk menghubungkan Hand ascender dengan tubuh. Dikedua
ujung cowstail tersebut dipasang 2 karabiner delta non screw.
o
Foot loop,
digunakan untuk pijakan kaki dan dihubungkan dengan ascender. Ada beberapa
macam bentuk foot loop yang biasa digunakan.
2. TEAM EQUIPMENT
(peralatan tim), terdiri dari :
A. Tali.
Tali yang digunakan
harus benar-benar mempunyai kwalitas yang balk dan memerlukan perawatan yang
baik pula.
Jenis tali Tali di
bagi menjadi :
1) Hawsterlait
Jenis ini tidak dipakai dalam penelusuran gua vertical. Berbentuk Iilitan
dari bahan nylon.
2) Kernmantel
Disebut jenis
kernmantel karena mempunyai dua bagian yaitu bagian kern (bagian dalam/ inti),
dan mantel (bagian luar/ pembungkusnya). Untuk vertical caving digunakan jenis
static rope. kekuatan tali yang digunakan biasanya harus mengalami uji kekuatan
terlebih dahulu. Tali yang biasa dipakai mempunyai kekuatan standard ba ik yang
telah lulus uji dari UIAA (Union International Associate de Alpinisme) adalah
sesuai dengan diameter tali tersebut yaitu :
Kekuatan Tali = A2 X
22 kg > A=diameter tali (mm)
Kekuatan tali ini akan
berkurang karena penggunaan simpul, basah, dan pemasangan lintasan yang salah.
B. Ladders
Ladders atau tangga
tali biasanya terbuat dari kawat baja atau dari tali dengan diameter tertentu
(lebih kecil dari diameter tali yang digunakan untuk vertical caving). Ladders
sangat efektif untuk digunakan pada pitch pendek, dengan bentuk lintasan
overhang.
C. Tali Pita
(Webbing)
Berbentuk tabung
ataupun pipih (plate), sangat berguna untuk pemasangan tambatan alam, deviasi,
maupun bentuk tambatan lainnya. Lebar webbing yang dianjurkan untuk digunakan
lebih besar atau sama dengan 30 mm. Ukuran 25 mm jangan sekali-kali digunakan.
Dengan simpul tertentu
kedua ujung webbing ini disambungkan untuk kemudian dijadikan penambat.
D. Padding
Padding adalah
pelindung tali dari gesekan. Biasanya dibuat bahan kaltun terpal yang radial.
yang kuat menerima gesekan.
E. Carabiner
(cincin kait)
Fungsi alat ini
sebagai pengait. Carabiner mempunyai beberapa macam bentuk sesuai dengan
kegunaan dan fungsinya. Tiap produk carabiner yang ada telah mengalami uji
kekuatan dari pabriknya untuk tarikan vertical maupun horisontal. Berdasarkan
pengamannya carabiner dibagi menjadi dua :
1.
Carabiner
Screw Gate :
Jenis ini mempunyai
pengunci pada pintu atau gerbangnya.
2.
Carabiner Non
Screw Gate:
Jenis ini tidak
mempunyai pengunci pada pintu atau gerbangnya
berdasarkan bentuknya carabiner dibagi menjadi:
berdasarkan bentuknya carabiner dibagi menjadi:
o
Oval Carabiner
Jenis ini dirancang
jika mendapat beban maka kedua sisinya (sisi utuh, maupun sisi pintu) mendapat
beban yang sama.
o
Delta
Carabiner
Jenis ini dirancang
jika mendapat beban maka kedua sisinya (sisi utuh, maupun sisi pintu) mendapat
beban yang berbeda. Sisi utuh mendapat beban Iebih besar da ri pada sisi pintu.
o
D Carabiner
Jenis ini dirancang
jika mendapat beban maka kedua sisinya (sisi utuh, maupun sisi pintu) mendapat
beban yang berbeda. Sisi utuh mendapat beban Iebih besar dari pada sisi pintu.
o
A Carabiner
Jenis ini dirancang
jika mendapat beban maka kedua sisinya (sisi utuh, maupun sisi pintu) mendapat
beban yang berbeda. Sisi utuh mendapat beban lebih besar dari pada sisi pintu.
o
Hart
Carabiner.
Jenis ini dirancang
jika mendapat beban maka kedua sisinya (sisi utuh, maupun sisi pintu) mendapat
beban yang sama.
F. Pengaman Sisip
Pengaman Sisip adalah peralalan
tambahan untuk membuat tambatan. Penggunaan pengaman sisip sangat tergantung
pada bentuk bawaan batuannya. Pemasangan yang bagus dan tepat sangat menentukan
kekuatannya, tetapi perlu diperhatikan pada waktu akan dilewati jangan sampai
terangkat kearah luar. Pengaman sisip yang sering digunakan adalah:
1. Chock
Stopper
Jenis ini berbentuk
piramida tumpul. Bisa digunakan untuk celah vertical maupun horisontal.
2. Hexentrik
Bisa digunakan untuk
celah vertical maupun horisontal.
3. Friend
Jenis ini digunakatn
untuk dibebani secara vertical.
4. Chock Stone
Jenis ini bekerja
seperti pengaman sisip lainnya. Bisa terpasang dengan sendirinya ( batu yang
terjatuh lalu terjepit pada celah), maupun sengaja dipasang.
5. Jammed
Knot
Tehnik yang memasang
pengaman sisip dengan menggunakan simpul pada webbing.
Pengamanan atau pemasangan pengaman sisip harus selalu dilatih untuk mengetahui/mendapatkan instink pemasangan yang benar dan aman, mengetahui bentuk berbagai bentuk celah yang disesuaikan dengan bentuk pengaman sisip yang digunakan.
Pengaman sisip yang talinya menggunakan nylon harus Iebih mendapat perhatian, karena lebih tidak tahan jika mendaluucur gesekan dibandingkan dengan yang mengggunakan kawat baja.
Pengamanan atau pemasangan pengaman sisip harus selalu dilatih untuk mengetahui/mendapatkan instink pemasangan yang benar dan aman, mengetahui bentuk berbagai bentuk celah yang disesuaikan dengan bentuk pengaman sisip yang digunakan.
Pengaman sisip yang talinya menggunakan nylon harus Iebih mendapat perhatian, karena lebih tidak tahan jika mendaluucur gesekan dibandingkan dengan yang mengggunakan kawat baja.
G. Paku Pitton
Adalah salah satu
bentuk pengaman tambahan yang berbentuk seperti palm, yang ditanamkan pada
celah vertical maupun horisontal. Piton akan sangat berguna pada beberpa jenis
batuan, dart dengan pengalaman yang cukup untuk penelusuran gua vertical.
Penempatan pitton harus dengan cermat dan hati-hati, penempatan yang baik adalah te.gak lurus dengan bidangnya pemilihan jenis pitton harus sesuai dengan bentuk celahnya (vertical/ horisontal). Pitton dipasang dengan dipukul menggunakan hammer speleo, bunyi benturan pada saat dipukul antara pitton dengan batuannnya bisa dipakai untuk menentukan kekuatan pemasangan pitton tersebut.
Penempatan pitton harus dengan cermat dan hati-hati, penempatan yang baik adalah te.gak lurus dengan bidangnya pemilihan jenis pitton harus sesuai dengan bentuk celahnya (vertical/ horisontal). Pitton dipasang dengan dipukul menggunakan hammer speleo, bunyi benturan pada saat dipukul antara pitton dengan batuannnya bisa dipakai untuk menentukan kekuatan pemasangan pitton tersebut.
H. Bolts
Pada penelusuran gua
vertical jika kita tidak bisa menemukan natural anchor, maupun pemasangan
pengaman sisip lainnya, maka satu- satunya pilihan adalah pemasangan bolts (bor
tebing). Dengan bolts maka penelusur gua bisa menempatkan titik tambatan di
tempat yang diinginkan.
Ukuran yang digunakan
biasanya disesuaikan dengan jenis batuan yang akan dibor maupun beban yang akan
diterima, ukuran standard yang biasa digunakan adalah 3 mm.
I. Hanger
Peralatan ini adalah
pasangan dari bolts. Hanger ini digunakan untuk menambatkan tali. Bentuk-bentuk
yang ada disesuaikan dengan medan yang ada Macam hanger yang ada :
- Plate Hanger
Jenis ini digunakan
untuk dinding yang tidak over hang, carabiner yang digunakan adalah carabiner
oval, sisi carabiner harus selalu menempel dinding.
- Twist Hanger
Jenis ini digunakan
untuk dinding over hang maupun untuk roof, carabiner yang digunakan bisa
carabiner oval maupun carabiner delta
- Ring Hanger
Jenis ini digunakan
untuk untuk dinding over hang maupun dinding lurus. Carabiner yang digunakan
bisa carabiner oval maupun carabiner delta, juga bisa tanpa catabiner.
- CIown Hanger
Jenis ini bisa
digunakan di semua bentuk rnedan, hanger ini tidak menggunakan carabiner.
J. Driver
Digunakan untuk
mengebor dinding/tebing
K. Hammer
Digunakan untuk
mengetes batuan yang akan digunakan untuk anchor, maupun untuk mengebor tebing.
L. Tackle Bag
Tas khusus untuk
penelusuran gua, terbuat dari bahan terpal yang tahan gesekan.
M. Pulley
Berbentuk kerekan,
yang prinsip kerjanya untuk memperingan penarikan beban. Biasanya digunakan
untuk rescue.
N. Alat
Bantu
a. Roll module
b. Bombement Deviatur
TEKNIK PENELUSURAN GUA VERTIKAL (RIGGING)
Untuk
menelusuri gua-gua vertikal diperlukan beberapa teknik pendukung antara lain :
1. SRT
(Single rope
technique), teknik untuk untuk melintasi suatu lintasan vertikal
dengan satu tali.
2. Rigging
Dalam kesempatan ini akan membicarakan teknik yang kedua.
Rigging
adalah :
Teknik pemasangan lintasan tali untuk gua-gua vertikal dengan syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat rigging yang baik :
Teknik pemasangan lintasan tali untuk gua-gua vertikal dengan syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat rigging yang baik :
- Aman dilewati oleh semua anggota team.
- Tidak merusak peralatan.
- Dapat dilewati oleh semua anggota team, dengan mudah.
- Jika dibutuhkan untuk menjadi lintasan rescue, dapat langsung dipergunakan atau dengan sedikit perubahan saja.
Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui sebelum memulai pembuatan
sebuah lintasan vertikal, yang nantinya akan membantu untuk dapat mencapai
syarat-syarat rigging yang baik.
Anchor
Dalam memasang sebuah lintasan kita terlebih dahulu harus memilih point tambatan. Point atau obyek yang akan dijadikan tempat tambatan disebut anchor. Berdasarkan jenisnya maka anchor dibagi menjadi : Natural anchor (anchor alam) dan anchor buatan.
Dalam memasang sebuah lintasan kita terlebih dahulu harus memilih point tambatan. Point atau obyek yang akan dijadikan tempat tambatan disebut anchor. Berdasarkan jenisnya maka anchor dibagi menjadi : Natural anchor (anchor alam) dan anchor buatan.
Berdasarkan fungsi anchor atau pembebanannya dibedakan menjadi :
- Main anchor,
atau anchor utama
adalah anchor yang secara langsung mendapatkan beban saat lintasan digunakan .
- Back-Up Anchor,
berfungsi sebagai
cadangan jika main anchor terlepas atau jebol
- Intermediate Anchor
berfungsi
memindahkan beban agar tali tidak terkena gesekan dengan dinding atau lantai
gua dengan memasang anchor perantara (intermediate) dibawah tempat tali dapat
tergesek.
- Devation Anchor
berfungsi
menjauhkan tali dari tempat dapat tergesek. Caranya adalah memasang anchor baru
ditempat yang sejajar atau diatas tempat gesekan (friksi) agar tali terhindar
dari titik friksi.
Fall Factor (FF)
Untuk menentukan posisi pemasangan antara main anchor dan backup
maka kita harus selalu memperhitungkan fall factor, yaitu beban hentakan/jatuh
yang diterima backup anchor saat main anchor terlepas atau jebol.
FF = Jarak Jatuh / Panjang Tali
Dari gambaran diatas maka kita ketahui bahwa kekuatan anchor harus
benar-benar diperhitungkan, terutama backup anchor. Karena backup dirancang
untuk mendapatkan beban hentakan maka ketahanan untuk backup harus benar-benar
kuat. Usahakan agar menyusun achor dengan fall factor masing-masing kurang dari
1.
Y Anchor
Disebut Y anchor karena bentuknya seperti huruf Y, dibuat dengan
tujuan untuk membagi beban yang diterima di kedua sisi dan menempatkan lintasan
di posisi tertentu.
Untuk besar sudut (A) ada ketentuan yang bisa diperhitungkan . Jika sudut yang kita ambil salah (A>120), maka tujuan untuk membagi beban tidak tercapai, bahkan sebaliknya beban yang diterima ditiap titik tambatan akan lebih besar dari pada beban sebenarnya.
Untuk besar sudut (A) ada ketentuan yang bisa diperhitungkan . Jika sudut yang kita ambil salah (A>120), maka tujuan untuk membagi beban tidak tercapai, bahkan sebaliknya beban yang diterima ditiap titik tambatan akan lebih besar dari pada beban sebenarnya.
Deviasi
Anchor
Anchor ini dibuat juga untuk menghilangkan friksi tali pada
dinding gua, dengan cara menariktali/ lintasan kearah luar dari titik gesekan.
Panjang tarikan, jarak anchor deviasi dengan main anchor, menunjukkan besar
sudut pergeseran yang berarti mempengaruhi gaya tarik kesamping yang diterima
anchor deviasi. Sehingga bisa dikatakan semakin dekat anchor deviasi dengan
main anchor akan semakin besar gaya tarik kesamping yang diterima anchor
deviasi untuk panjang tarikan yang sama. Hindari anchor deviasi dengan sudut
yang besar, karena akan berat sekali.
TEKNIK PENELUSURAN GUA HORIZONTAL
Medan pada gua horisontal sangat bervariasi, mulai pada
lorong-lorong yang dapat dengan mudah di telusuri, sampai lorong yang
membutuhkan teknik khusus untuk dapat melewatinya.
1. Lumpur.
Lorong yang berlumpur dapat dengan mudah kalau lumpur tersebut
tidak terlalu tebal. Tapi dalam kondisi lumpur setinggi lutut bahkan sampai
setinggi perut, kita tidak mudah untuk melaluinya.
Untuk melewatinya kita bergerak dengan posisi seperti berenang.
Dengan posisi seperti ini akan lebih mudah bergerak dan menghemat tenaga.
2. Air.
Untuk kondisi lorong gua yang berair. terutama gua yang belum
pernah di masuki kita tidak mengetahui kedalaman air dan kondisi di bawah
permukaan air, untuk itu kita harus mengetahui prosedur dan mempunyai fasilitas
pendukung.
Syarat utama untuk melewati lorong yang berair adalah harus bisa
berenang. Tetapi dengan kondisi lorong yang serba terbatas, teknik berenang
dalam gua berbeda dengan berenang di kolam renang. Di sini kita memakai pakaian
lengkap, sepatu bahkan mungkin membawa beban yang cukup berat.
Pembagian team juga harus di sesuaikan, untuk leader ia tidak
boleh membawa beban berat, karena leader harus membuat lintasan dan mempelajari
kondisi medan.
Dalam kondisi tertentu kita menggunakan pelampung, perahu karet terutama untuk lorong yang panjang dan berair dalam.
Dalam kondisi tertentu kita menggunakan pelampung, perahu karet terutama untuk lorong yang panjang dan berair dalam.
Ada juga lorong yang hampir semua di penuhi oleh air hanya ada
ruangan sedikit yang tersisa. Untuk melewatinya kita harus melakukan DUCKING (
kepala menengadah). Kadang-kadang kita harus melepas helm untuk menambah ruang
gerak kepala. Dalam kondisi tertentu kita melakukan ducking dengan jongkok,
bahkan dengan berbaring kalau badan tidak dapat masuk seluruhnya.
Diving, adalah teknik penyelaman dengan alat bantu pernafasan dan
pakaian khusus. Teknik ini di lakukan pada lorong yang seluruh bagiannya
tertutup oleh air (sump, siphon). Untuk perbandingan resiko kematian di cave
diving adalah 60% tewas. Sedang resiko caving 15 %. Dengan melihat perbandingan
resiko kematian yang besar ini kita di tuntut untuk ekstra hati-hati,
seyogyanya tidak meneruskan penelusuran jika tanpa alat pendukung yang
standart.
3. Climbing.
Dalam suatu penelusuran gua terkadang kita menjumpai adanya water
fall ataupun lorong yang terletak di atas kita. Untuk dapat meneruskan
penelusuran kita harus menggunakan teknik-teknik Rock Climbing. Seperti
memasang pengaman sisip dan bor tebing untuk pembuatan lintasan, yang melakukan
adalah leader dan kemudian anggota yang lain melewatinya dengan SRT. Teknik
rock climbing harus bisa di lakukan pada kondisi medan seperti :
- Aliran air yang deras dan kita tidak mengetahui kedalamannya.
- Gua yang berbentuk celah dan menyempit bagian dasarnya
- Sungai besar atau danau yang dalam.
- Pemasangan rigging pada waterfall.
- Menghindari calcite floor atau olith floor.
"_(^_^)_"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar